PESANTREN : PRAKTIK HUMANISME YANG NYATA
Konflik yang terjadi beberapa waktu terakhir berdampak pada kerusakan yang disebabkan oleh sumber daya manusia. Kerusakan yang telah terjadi membuat resah masyarakat, jangan-jangan selama ini kita tidak mempraktikan nilai nilai kemanusiaan diantara kita. Seperti kejadian yang terbaru adalah aksi dalam rangka menolak RUU Cipta Kerja, dan sebagainya. Kerusakan yang dimaksud bukan hanya tanaman yang terinjak, namun juga korban nyawa seperti luka-luka ringan sampai berat. Kerusakan moral pun bisa dibilang mulai terasa setelah adanya kejadian ini. Kerusakan moral sama hal nya kerusakan humanisme atau kemanusiaan.
Kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di era serba kompetitif saat ini tidak bisa diciptakan dalam waktu sekejap tetapi merupakan proses yang didalamnya memerlukan pendidikan yang diarahkan pada persiapan dan pengembangan kualitas diri. Dengan keberadaan pesantren diharapkan bisa menjawab persoalan sumber daya manusia tersebut, karena dengan pola pendidikan pesantren yang dihadapkan pada kehidupan keberagaman mampu menjadi bekal kehidupan sesungguhnya.
Kehidupan santri di pondok pesantren tidak lepas dari adanya keberagaman. Bagaimana tidak, banyak bertemu teman dari berbagai kalangan mengharuskan santri menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam menjalani kehidupan di pesantren. Keberagaman mengajarkan santri untuk saling menghargai perbedaan, dan tetap menjaga tradisi pesantren. Nilai-nilai kemanusiaan secara langsung atau tidak telah lama di ajarkan dalam tradisi pesantren, seperti adanya pembelajaran kitab tentang Akhlak, Tasawuf, Fiqih, dan lainnya. Dengan adanya pembelajaran seperti itu santri diharuskan untuk bisa memanusiakan manusia lain.
Islam adalah agama yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Mengutip dari apa yang disampaikan Prof. James W Morris dari Departement of Theology Boston University United State, saat menjadi pembicara pada kuliah umum Fakultas Agama Islam (FAI) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Selasa 11 Juni 2014, bahwa nilai-nilai kemanusiaan tersebut telah tertuang dalam Al-Quran. Pada QS Al-Ashr dijelaskan bahwa Islam adalah agama yang mengarahkan pemeluknya untuk saling menasehati. Menasehati dalam hal kebaikan merupakan salah satu nilai kemanusiaan yang di ajarkan dalam Islam.
Tokoh panutan humanisme di Indonesia salah satunya ialah alm. KH. Abdurrahman Wahid atau saapan akrabnya Gus Dur. Selama hidup, beliau memperhatikan aspek kemanusiaan dalam setiap pemikiran, pandangan, dan gerak langkahnya. Maka dari itu, di dalam batu nisannya tertulis here rest a humanist, di sini istirahat seorang humanis. Sosok yang dekat siapa saja sekaligus mencintainya. Dalam buku Fatwa dan Canda Gus Dur anggitan KH Maman Imanulhaq (2010), Gus Dur pernah berpesan tentang tiga substansi soal hubungan antar-manusia yaitu “Mari kita wujudkan peradaban di mana manusia saling mencintai, saling mengerti, dan saling menghidupi”.
Humanisme erat kaitannya dengan pergaulan dalam keseharian, interaksi kepada sesama manusia. Dalam Islam dikenal istilah Muamalah. Dari segi bahasa Muamalah berasal dari kata aamala-yuamilu-muamalat yang artinya perlakuan, tindakan terhadap orang lain. Kemudian dikenal istilah Habluminannas (hubungan terhadap sesama manusia) dan Habluminallah (hubungan kepada Allah) dalam Islam. Dalam praktiknya Muamalah selalu digunakan dalam keseharian khususnya Habluminannas. Di zaman sekarang umum terjadi ketika Habluminannas seseorang baik, maka akan berdampak kepada perlakuan orang lain kepadanya. Padahal dalam Islam kita di anjurkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama.
Pola pendidikan pesantren menitikberatkan pada pembinaan aspek spiritual yang mengarah pada akhlak. Nilai ini yang kemudian menjelma menjadi sikap bijak, tidak mudah terhasut, berpikir tawasuth dan mendedikasikan diri pada ruhaniyyah ilahiyyah dalam mengimplementasikan Islam sebagai salam dan rahmatan lil alamin. Sehingga pesantren merupakan tempat pendidikan yang sesuai untuk menjadi pribadi yang unggul di era serba kompetitif saat ini.
Nilai – nilai kemanusiaan atau humanisme telah dipraktikan secara langsung oleh santri. Dapat dilihat dari keseharian santri seperti gotong royong dalam membersihkan pesantren. Dengan gotong royong dapat memupuk rasa ingin membantu orang lain dan menjalankan amanah. Bekerja sama dalam menuju tujuan bersama yaitu kebersihan pesantren. Ada juga kegiatan makan bersama santri – santri lain, hal ini mengajarkan untuk memikirkan orang lain, apakah sudah mendapat jatah makan seperti dirinya, dan mengajarkan untuk saling berbagi kepada sesama santri. Banyak contoh penerapan nilai – nilai kemanusiaan di pesantren, hal yang telah disebutkan hanyalah beberapa contoh kecil saja.
Dengan adanya praktik langsung humanisme oleh santri dalam lingkup pesantren, diharap dapat meminimalisir adanya kerusakan yang disebabkan oleh sumber daya manusia. Karena ketika sumber daya manusia baik, akan berdampak pula terhadap keberlangsungan kehidupan. Alangkah indahnya hidup jika ada rasa saling mencintai, saling mengerti, dan saling menghidupi.
