yakin mau jadi guru?

 Akhirnya bisa nulis lagi setelah sibuk entah ngapain. Setelah beberapa hari bahkan minggu banyak sekali masalah dalam pendidikan yang bikin aku ingin menulisnya segera mungkin. Tapi pas malem malah udah capek duluan dan akhirnya tidur deh 😐. Alhamdulillah aku ngajar pelajaran sesuai dengan background ku yaitu pendidikan bahasa arab. Di Madrasah diniyah pun aku ngajar huruf hijaiyah dan kawan kawan. Ya masih termasuk lingkup bahasa arab kan.

 

Ada beberapa hal unik yang aku temukan. Mulai dari ketika berfikir apa yang harus aku lakukan ketika pelajaran masih daring?. Harus pake apa? Google classroom? Zoom? Atau yang lainnya?. Selama belajar di kampus aku gak menyadari satu hal, yaitu kondisi siswa atau tempat ngajar kamu dimana. Dulu aku tahunya intinya ooo ada banyak yang bisa di pake buat belajar menyenangkan. Bisa zoom, atau moodle atau blablabla.

 

Namun setelah terjun langsung cuy. Mau zoom terkendala anak tidak pasti memiliki HP sendiri. Atau ada yang kendala di kuota. Karena zoom memang butuh kuota yang lumayan. Misal sehari ada 4 pelajaran dan semua pake zoom? Bisa anda bayangkan?. Mau jawab “kan ada bantuan kuota dari pemerintah” iya emang ada. Tapi apa ya semua kebagian? Se- Indonesia? Anda yakin?. 

 

Oke bukan bahas kuota dari pemerintah. Masalah kuota saya husnudzon. Oke lanjut. Kemudian pake apa dong? Ya WAG (WhatsApp Group) adalah jalan satu-satunya yang dapat menjangkau semua pihak menurutku sampai detik ini aku nulis ini. Guru senior bisa melakukannya, dan murid pun bisa mengerjakan (insya allah kalau anaknya juga mau belajar 😅 ). 

 

Disini banyak sekali masalah yang aku ingin ceritakan yang sebenarnya bisa di jadiin penelitian, tapi apa daya waktu 24 jam yang kumiliki masih belum bisa kusisihkan untuk melakukan penelitian (membaca banyak jurnal, diskusi, menulis, observasi, blablabla). Kemudian apa? Tetap berjalan. Ya mau bagaimana lagi?. 

 

Hal unik yang sebenarnya aku ingin garis bawahi, andai dulu ketika kuliah selain mempelajari berbagai macam metode dan strategi dan yang lainnya juga di jelaskan apakah bisa di terapkan di semua kondisi? Dan andai di praktekan langsung. ya pantas saja ada beberapa (banyak si. Berdasarkan hasil wawancara langsung, group discussion atau nggosip 😂) bahwa sarjana pendidikan tidak menjadi guru. bisa di sebut malas? eh jangan malas. sebut saja tidak ada motivasi untuk mempraktekan keilmuan sesuai dengan bidangnya (https://energibangsa.id/kenapa-lulusan-sarjana-pendidikan-males-menjadi-guru/). disini saya selipkan artikel yang bisa dibaca. siapa tahu ada yang bertanya "emang kenapa gak mau jadi guru?".

 


sekian sesi cerita kali ini. makasih, bye.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.