UBAH CARA BELAJAR, UBAH DUNIA PENDIDIKAN KITA

 

Jika kita ingin tahu bagaimana nasib suatu bangsa maka lihatlah bagaimana pendidikannya. Sebab pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan nasib suatu bangsa. 74 tahun lalu tepatnya tanggaL 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan “bom little” di kota Hiroshima, Jepang. Lebih dari 120.000 orang tewas, kota Hiroshima luluh lantah habis karena kejadian tersebut. Kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki, Jepang menjadi sasaran berikutnya. Diperkirakan korban terus bertambah setelah pengebomam ini, belum lagi efek radiasi bom tersebut yang dalam perkiraan membutuhkan 50 tahun untuk menghilangkan itu semua.

Maka Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu sekitar pada tanggal 14 Agustus 1945, dan setelah itu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup yang tersisa dan bertanya kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar.

Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”

Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti sekarang. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Tanpa guru, mungkin Jepang saat ini akan tetap terpuruk dan takkan menjadi salah satu negara yang ditakuti oleh negara lain. Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah ilustrasi dan pengibaratan yang sangat sederhana tentang pentingnya sosok guru.

Dapat dilihat bagaimana pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa. Guru adalah salah satu komponen dalam pendidikan selain tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen, struktur dan jadwal waktu, isi dan materi, alat dan sumber belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian, dan biaya pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.

Negara yang baik ketika memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik pula akan menjadikan negara tersebut berkembang dan meraih cita-cita bersama. Sedangkan bisa kita lihat bagaimana kondisi keadaan pendidikan di negara kita jika di lihat dari peringkat PISA (International Student Assesement) berada di peringkat papan bawah. Posisi Indonesia tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei. Pada tanggal 03 Desember 2019 Indonesia mendapat angka 371 dalam hal membaca, 379 untuk matematika, dan 396 terkait ilmu pengetahuan.

Bagaimana SDM di negara kita? Apa kabar pendidikan di negara kita setelah 74 tahun umur kemerdekaan kita?. Wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan sejak pemerintahan bapak Susilo Bambang Yudhoyono, merupakan salah satu ikhtiyar dalam mendukung SDM negara untuk meraih kesempatan belajar di pendidikan formal. Bisa di sebut wajib belajar merupakan salah faktor eksternal peserta didik dalam belajar. Selain itu adanya wajib belajar 12 tahun sebagai solusi untuk meningkatkan generasi muda semakin siap bersaing secara global.  Dengan adanya wajib belajar diharapkan adanya motivasi untuk belajar di jalur pendidikan formal.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar selain dorongan dari luar juga dari dalam (internal) seperti kondisi jasmani dan rohani, kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, minat, latihan dan kebiasaan belajar, motivasi pribadi dan konsep diri. Sedangkan faktor dari luar (eksternal) adalah pendekatan belajar, kondisi keluarga, guru dan cara mengajarnya, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Dengan melakukan aktivitas belajar maka seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman baru, karena belajar adalah perubahan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan belajar. Contoh tujuan belajar bahasa inggris adalah berkomunikasi dalam bahasa inggris maka, jika ia sudah berubah menjadi seseorang yang bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris pertanda ia sudah belajar.

            Belajar dengan cara yang tepat lebih menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada hanya asal-asalan belajar. Dengan memperhatikan berbagai faktor yang telah di sebutkan seperti faktor internal dan faktor eksternal, diharapkan belajar akan lebih terasa menyenangkan bagi peserta didik. Seperti contoh, unsur internal peserta didik memperhatikan latihan dan kebiasaan belajar.

            Peserta didik yang memiliki latihan yang terus menerus dalam mempelajari suatu materi tertentu, akan berdampak kepada hasil yang lebih baik daripada yang tidak memiliki waktu latihan yang cukup. Faktor dengan faktor lainnya tidak dapat dipisahkan, contohnya peserta didik yang memiliki kesiapan untuk melakukan latihan yang cukup perlu motivasi dalam berlatih.

            Dukungan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi kesiapan peserta didik dalam belajar. Bukan hanya guru dan orang tua, melainkan semua pihak seperti pemerintah dalam memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik.

            Ketika peserta didik belajar dengan memiliki motivasi belajar yang jelas akan berdampak pada siswa yang semakin minat terhadap suatu pelajaran tersebut dan membuat peserta didik ingin belajar karena memang merasa perlu untuk belajar. Bayangkan saja jika peserta didik di negeri kita memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga minat baca semakin tinggi dan dapat dijumpai peserta didik yang sedang membaca buku dimanapun tempatnya. Tidak merasa malu untuk belajar dimanapun

Ada hubungan erat antara peserta didik dengan kemajuan bangsa kita karena peserta didik merupakan generasi penerus bangsa. Dengan adanya kesiapan generasi muda dalam hal pendidikan maka negara kita akan siap bersaing di ranah global. Perlu pendampingan terhadap cara belajar generasi muda, khususnya orang tua dan guru.

Pemahaman terhadap cara belajar perlu di kuasai oleh orang tua dan guru. Bantuan orang tua ketika anak mengalami kesulitan belajar di rumah perlu di perhatikan. Jangan sampai anak kemudian malas belajar dan enggan untuk belajar karena hilangnya motivasi dan minat. Guru saat di kelas bukan hanya memperhatikan strategi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan sebagainya.

Guru semaksimal mungkin agar setiap peserta didik bisa mencapai tujuan belajar meski dengan perbedaan yang ada, misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan memberikan waktu yang cukup serta perhatian yang lebih pada peserta didik yang memiliki kapasitas minimal.

Untuk bisa berubah maka ubahlah dari hal yang paling terdekat dan paling mudah. Karena untuk mengubah dunia tidak mungkin kita langsung merubah seluruh dunia dengan tangan kita sendiri karena itu mustahil jika dilakukan. Maka dari itu bisa dengan cara merubah cara belajar dengan memperhatikan hal hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Jika terbiasa mengubah hal hal kecil dan terdekat ke arah lebih baik, maka tidak akan mustahil bisa mengubah dunia. Ketika cara belajar peserta didik sudah tepat, akan berpengaruh terhadap wajah pendidikan kita di masa depan. Belajar tidak hanya di jalur formal, namun di jalur informal pun bisa. Membaca, menulis, dan berhitung termasuk bagian dalam belajar. Dengan perbanyak membaca akan mudah membuka jendela dunia. Dengan menulis suaramu tidak akan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh jauh hari kemudian. Dengan berhitung seseorang akan pandai dalam membuat keputusan dalam hidup.

 

(13052020)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.