“Minat baca mempengaruhi kualitas bangsa”
disclaimer : ini adalah tulisan lama saya yang sudah terbit dalam bentuk buku (kumpulan essay dan bukunya tidak di publish secara umum). semoga dengan saya share di sini bisa berbagi sedikit tentang apa yang saya tahu. tengkyu :)
Wajah literasi bangsa Indonesia di masa mendatang dapat kita prediksi dari sekarang. Indonesia berada dalam krisis literasi baca. Sebab, dari data Programme for International Student Assesment (PISA) di Indonesia hanya 1 orang yang membaca dari 1000 orang. Ini menjadikan kita berada di posisi ke 64 dari 72 negara yang rutin membaca. Bahkan menurut The World Most Literate Nation Study Indonesia berada diperingkat 60 dari 61 negara. Lantas mengapa ini bisa terjadi? Banyak faktor yang terjadi seperti belum adanya pembiasaan membaca buku sejak dini yang harusnya ditanamkan dari pihak keluarga. Karena kebiasaan orang tua akan ditiru oleh anak-anak selama dirumah maka dari itu orang tua seharusnya memberi contoh yang baik. Faktor lainnya ialah akses literasi yang dinilai masih minim. Bisa kita lihat dari pemberitaan yang beredar di media bahwa masih ada anak yang putus sekolah, atau sekolah didaerah tertinggal yang tak memiliki perpustakaan. Masih minimnya sarana prasarana buku tulis misalnya juga bisa mempengaruhi minat baca terhadap siswa di sekolah atau anak ketika di rumah.
Pemerintah sudah mencanangkan gerakan literasi membaca melalui Permendikbud no 23 tahun 2015 salah satunya ialah “Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari)”. Jika dalam satu sekolah saja melaksanakan kurikulum 2013 ini dengan baik niscaya anak-anak di sekolah akan menjadi terbiasa untuk membaca buku selain buku pelajaran yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan lain. Langkah tersebut seharusnya diiringi dengan adanya program buku murah yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat sehingga dapat dinikmati oleh orang-orang berkantong dangkal. Dengan adanya buku murah menjadikan masyarakat mudah untuk membeli buku sehingga di setiap rumah mereka akan mempunyai koleksi buku. Karena ketika membeli buku sudah dirasa suatu kebutuhan maka akan menjadi kebiasaan untuk selalu membeli buku dan membacanya.
Membaca adalah jendela dunia sudah lama bergaung di telinga kita. Sarana dan prasarana berupa perpustakaan misalnya harus menarik perhatian generasi millenial saat ini. Karena nyatanya perpustakaan di sekolah-sekolah terlihat menyeramkan jika dibanding ruangan lain seperti ruang guru, atau ruang kelas. Buku-buku perpustakaan terlihat berdebu, penataan buku yang kurang menarik dipandang juga fasilitas dalam perpustakaan yang kurang membuat betah pengunjung. Bahkan terkadang ada sekolahan yang meletakkan ruang perpustakaan di lahan sisa atau dibelakang sekolah sehingga perpustakaan tak terlintas di benak mereka sebagai tempat tujuan para siswa di sekolah. Kurang adanya koleksi buku yang update setiap tahun juga memicu kurang minat baca dikalangan kita.
Membangkitkan minat baca
Menurut KBBI mi·nat adalah “kecenderungan hati yg tinggi thd sesuatu; gairah; keinginan: saya tidak ada -- untuk belajar melukis;”. Minat membaca berati adanya kecenderungan untuk membaca yang muncul dari diri sendiri. Ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan yakni :
1.
Minat
Bawaan , Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,
baik itu kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya muncul
berdasarkan bakat yang ada.
minat disengaja (muncul karena adanya pengaruh dari luar), Minat disengaja ini seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti : lingkungan, orang tuanya, dan bisa saja gurunya.
Menurut Bernard, Minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar. Partisipasi, melalui pertisipasi aktif, siswa akan merasa senang dengan pada pelajaran tertentu dan dengan sendirinya minat akan muncul pada dirinya. Kebiasaan, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan kontinyu. Minat bisa timbul karena adanya kebiasaan yang terus menerus, tentunya perihal kegiatan belajar mengajar. Pengalaman, bisa menjadi minat seseorang, dengan alasan bisa meningkatkan hasil dari masa lalu yang kurang memuaskan. Sehingga timbul minat untuk mendapatkan yang lebih.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan minat yaitu partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar. Menurut KBBI par·ti·si·pa·si adalah perihal turut berperan serta dl suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta. Secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan diri seseorang dalam suatu kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Melibatkan siswa aktif dalam kegiatan membaca misal mengadakan perlombaan siswa menceritakan kembali dari buku yang telah dibaca. Atau memberikan reward kepada siswa yang sering membaca buku di perpustakaan sekolah. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang bisa digunakan untuk melibatkan siswa.
Kebiasaan, menurut KBBI adalah bi·a·sa adalah sudah merupakan hal yg tidak terpisahkan dr kehidupan sehari-hari; sudah menjadi adat. Hal ini menunjukan kebiasaan bisa dibentuk melalui suatu kebijakan seperti yang tercantum dalam Permendikbud no 23 tahun 2015 “Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari)”. Atau kebijakan lainnya misal diadakan pembelajaran diluar kelas seperti dalam perpustakaan yang mengharuskan setiap siswa mau tidak mau membaca buku dan melaporkan hasil baca bukunya kepada guru dalam bentuk lisan atau tulisan. Juga bisa diterapkan dalam rumah oleh para orangtua dengan memfasilitasi koleksi buku-buku yang bisa menutrisi otak anak.
Kebiasaan yang terus menerus dilakukan akan menumbuhkan minat baca anak. Kiat kebiasaan ialah dengan cara pengulangan secara terus menerus secara kontinyu dan konsisten dengan kegiatan yang sama. Pengalaman, Menurut KBBI peng·a·lam·an adalah yg pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dsb). Pengalaman mengalami peristiwa, perasaan, emosi, penderitaan, kejadian, keadaan kesadaran. Indera kita memperoleh rangsangan. Dan kita mengatakan mempunyai suatu pengalaman karena kita telah melihat atau mendengar atau mencicipi, dan sebagainya. Pengalaman yang baik dan menarik akan selalu membekas di pikiran. Ketika anak menjalankan aktivitas yang menarik pasti akan menjadi pengalaman tersendiri bagi anak tersebut.
Kualitas bangsa akan tercermin dari kebiasaan masyarakatnya. Di negara maju seperti Jepang yang masyarakatnya dikenal sebagai kutu buku dimanapun, setiap saat mereka biasa membaca buku. Saat duduk di bus, saat mengantri, dan sebagainya. Minat literasi mereka tinggi karena adanya pembiasaan.
Faktor yang bisa kita tingkatkan agar minat baca di Indonesia tinggi bisa melalui pembiasaan. Setelah pemerintah mengamanatkan pembiasaan membaca buku yang dituangkan ke dalam Permendikbud no 23 tahun 2015 seharusnya kita sebagai masyarakat juga mendukung program tersebut demi mewujudkan indonesia melek literasi. Masyarakat yang gemar membaca akan menjadikan bangsa selangkah lebih maju, masyarakat yang terbiasa membaca akan menjadikan masyarakat yang mempunyai wawasan pengetahuan yang kompleks, bukan hanya satu bidang saja yang dikuasai tapi mempunyai pengetahuan lintas studi yang di geluti menjadikan arif terhadap perbedaan yang sering kali menjadikan kita berselisih.
Oleh : Fika vindayani
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Surakarta
31 - 07 - 2018

Tidak ada komentar: